Add Image Yamaha Writing Competition

Sabtu, 26 Februari 2011

Kekejaman Khadaffi


 di Kedutaan Besar  di Swedia mengibarkan bendera  era Raja Idris yang dikudeta oleh Kolonel Moammar Khadafy (kanan),  1969.
Tentara sering dicitrakan sebagai setengah manusia setengah robot. Mereka sengaja dilatih menjadi mesin perang, yang bisa membunuh musuh seefektif mungkin dan melaksanakan apa pun perintah atasan, tak peduli perintah itu benar atau salah secara kemanusiaan.
Namun, apa yang dilakukan sebagian tentara Angkatan Udara  beberapa hari belakangan ini menunjukkan hati nurani mereka belum mati di tengah situasi kritis yang mereka hadapi.
Dalam kondisi terdesak revolusi rakyat, yang berkobar makin panas di seluruh , pemimpin negara itu, Kolonel Moammar Khadafy, seolah kehilangan akal sehat dan hati nurani. Tanpa pikir panjang, ia perintahkan pasukannya membubarkan  dengan segala cara.
Salah satu perintah paling gila adalah memerintahkan pesawat-pesawat tempur AU  menembak dan mengebom  sipil dari udara. Dua pilot senior AU  mendapat tugas mengerikan itu, Senin (21/2/2011).
Mereka menerbangkan dua Mirage F1, pesawat pemburu canggih buatan Perancis, dari sebuah pangkalan udara dekat ibu kota Tripoli. Tujuan mereka adalah Benghazi, untuk mengebom dan menembak  di kota terbesar kedua di  itu.
Namun, dua pilot berpangkat kolonel itu tahu benar, misi mereka tak akan bisa dibenarkan dengan alasan apa pun. Di tengah jalan, mereka memutuskan  atasan dan memilih membelokkan pesawat mereka ke, negara anggota Uni Eropa yang hanya berjarak 340 kilometer dari garis pantai .
Cerita mereka kepada otoritas , yang menahan mereka hingga kini, membuka mata dunia akan kebiadaban rezim di . Salah satu pilot itu bahkan meminta suaka politik di .
Langkah dua pilot senior di AU  ini ditiru pilot lain dua hari kemudian. Hari Rabu (23/2/2011), sebuah pesawat Sukhoi Su-22 berkursi ganda mendapat misi serupa dengan dua Mirage tersebut, yakni mengebom kota Benghazi untuk membubarkan .
Namun, dua awaknya, yakni pilot Abdessalam Attiyah al-Abdali dan kopilot Ali Omar al-Khadhafi, memutuskan menolak perintah zalim itu dengan cara dramatis.
Mereka mengaktifkan kursi pelontar darurat di pesawat tempur buatan Rusia itu dan melarikan diri setelah berhasil mendarat dengan selamat menggunakan parasut. Pesawat mereka biarkan jatuh berkeping-keping di sebuah gurun dekat kota Brega, 710 kilometer sebelah timur Tripoli.
Menurut Farag al-Maghrabi, saksi mata yang melihat kedua pilot dan reruntuhan pesawat, kopilot Sukhoi tersebut berasal dari suku yang sama dengan pemimpin , Khadafy.
Para pilot ini sadar betul, sasaran mereka bukanlah pasukan musuh yang mengancam kedaulatan negara, melainkan warga sipil tak bersenjata, yang sekadar sedang mengekspresikan pendapat dan aspirasi mereka.
Para  itu adalah rakyat  yang sudah muak dengan rezim diktatorial yang bercokol di negeri mereka lebih dari 40 . Tugas tentara adalah untuk melindungi rakyat, bukan membasmi mereka.
Perintah Khadafy untuk membunuh rakyatnya sendiri dengan cara-cara demonstratif, seperti menggunakan pesawat tempur dan bom, tersebut mengejutkan dunia. Bahkan, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad, yang sering dikritik pihak Barat karena bersikap represif terhadap kaum oposisi di Iran, berkomentar keras.
”Tak bisa dibayangkan seseorang bisa membunuh dan membombardir warga negaranya sendiri. Bagaimana bisa para perwira itu diperintahkan untuk menembak rakyat mereka sendiri dengan senapan mesin dan tank?” ungkap Ahmadinejad.
Pembangkangan juga dilaporkan terjadi di Angkatan Darat  sejak Senin. Para tentara ini memilih berpihak kepada  di Benghazi dan bertempur melawan rekan-rekan mereka sendiri yang masih loyal kepada Khadafy.
Jumlah pembangkang di kalangan diplomat pun terus bertambah. Duta Besar  untuk Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam Salaheddin M El Bishari mengaku tak bisa lagi menerima tindakan tentara yang membunuh warga sipil tanpa ampun.
”Mereka menggunakan senjata berat, jet-jet tempur, dan tentara bayaran untuk melawan rakyat sendiri. Ini tak bisa diterima,” ujar El Bishari.
Hati nurani memang tak pernah bisa dibungkam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar